Penyerahan Spesimen Parlementaria Edisi Perdana: Jejak Sejarah Parlemen Semakin Gampang Diakses
Kepala Biro PP Setjen DPR, Indra Pahlevi, kepada Biro Humas dan Protokol Setjen DPR, Najib Ibrahim, dalam Seminar bertajuk "Dari CONEFO menjadi Rumah Rakyat: Gedung DPR RI sebagai Cagar Budaya Nasional” di Jakarta, Rabu (23/7/2025). Foto : Arifman/Andri
PARLEMENTARIA, Jakarta - Membuka jejak sejarah peliputan parlemen kepada publik, Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI kini akan menampilkan enam edisi awal Majalah Parlementaria di Museum DPR RI. Majalah ini tidak hanya sekadar berisi informasi kelembagaan, namun juga merekam dinamika politik dan pemikiran para wakil rakyat secara otentik dari waktu ke waktu.
Keenam edisi tersebut terdiri dari edisi 1 Mei 1968, nomor 2 Juni 1968, nomor 3 Juli 1968, nomor 4 Juli 1968, nomor 5 Agustus 1968, dan nomor 6 Agustus 1968. Seluruh edisi langka ini ditampilkan secara permanen di Museum DPR RI sebagai koleksi sejarah penting yang dapat diakses publik.
Secara resmi, penyerahan spesimen majalah diserahkan langsung dari Kepala Biro Pemberitaan Parlemen Setjen DPR RI, Indra Pahlevi, kepada Biro Humas dan Protokol Setjen DPR RI, Najib Ibrahim, dalam agenda Seminar Nasional bertajuk "Dari CONEFO menjadi Rumah Rakyat: Gedung DPR RI sebagai Cagar Budaya Nasional” di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Mengapresiasi momen ini, Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar menyampaikan bahwa Majalah Parlementaria telah menjadi salah satu dokumen hidup yang mencerminkan perjalanan panjang lembaga legislatif sejak era awal hingga saat ini. “Majalah Parlementaria bukan hanya media informasi, tapi juga bagian dari warisan sejarah. Ia menyimpan wajah parlemen dari generasi ke generasi, lengkap dengan denyut politik, legislasi, dan pengabdian,” ujar Indra.
Lebih lanjut, Indra menegaskan bahwa momen penyerahan ini merupakan usaha lembaga untuk merawat memori kolektif bangsa. Baginya, pelestarian dokumen seperti Majalah Parlementaria harus dilihat sebagai bagian dari kerja strategis berdampak, bukan sekadar administratif.
Sebagai informasi, Majalah Parlementaria terbit pertama kali pada 1 Mei 1968. Majalah ini telah hadir selama lebih dari lima dekade tanpa putus terbit setiap bulan hingga hari ini. Sejak awal kehadirannya, Majalah Parlementaria menjadi media komunikasi parlemen kepada publik.
Dengan rentang lebih dari lima puluh tahun eksistensi, Majalah Parlementaria berkembang menjadi publikasi yang mengangkat tidak hanya aktivitas legislatif, tetapi juga narasi-narasi reflektif dari para anggota dewan serta analisis terhadap berbagai isu nasional dari sudut pandang parlemen. Kini, tidak hanya menjadi arsip penting di lingkungan DPR RI, akan tetapi juga menjadi rujukan berharga bagi peneliti, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat yang ingin memahami sejarah perkembangan demokrasi Indonesia secara langsung dari sumber utamanya.
Sebagai media kelembagaan tertua dan paling konsisten terbit di Indonesia, Majalah Parlementaria telah meraih sejumlah penghargaan prestisius. Pada Februari 2025, majalah edisi bulan November 2024 berhasil meraih penghargaan dalam kategori Owned Media – Media Internal pada ajang Public Relation Indonesia Awards (PRIA) 2025. Penghargaan diterima langsung oleh Kepala Biro Pemberitaan Parlemen Indra Pahlevi di Bandung sebagai bentuk pengakuan terhadap eksistensi media cetak di tengah era digital
Tak hanya dalam ajang PRIA, publikasi ini sebelumnya juga mendapatkan apresiasi dari Perpustakaan Nasional RI melalui penghargaan Pelaksanaan Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 2023, yang diberikan kepada Biro Pemberitaan Parlemen sebagai pengakuan atas pengelolaan arsip nasional. Dalam konteks komunikasi dan dokumentasi kelembagaan, penyerahan majalah kepada Museum DPR RI sejalan dengan semangat utama seminar nasional yang kini tengah berlangsung, yakni menyosialisasikan penetapan Gedung DPR RI sebagai Cagar Budaya Nasional.
Dalam pandangan Indra, pelestarian sebuah bangunan bersejarah tidak akan lengkap tanpa menghadirkan narasi dan dokumen yang pernah lahir di dalamnya. Oleh karena itu, ungkapnya, penyerahan Majalah Parlementaria menjadi bentuk nyata dari upaya menghidupkan sejarah, bukan sekadar menjaganya dalam diam.
Ia berharap, keberadaan Majalah Parlementaria di ruang publik bisa menginspirasi generasi muda untuk mengenal dan mencintai institusi parlemen sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa. Menutup pernyataannya, ia mengapresiasi seluruh pihak yang telah mendukung pelestarian dokumen dan artefak sejarah parlemen, termasuk Biro Pemberitaan Parlemen yang terus menjaga keberlangsungan Majalah Parlementaria hingga hari ini.
“Gedung DPR RI adalah rumah rakyat, dan Majalah Parlementaria adalah suaranya. Di dalamnya terekam bagaimana aspirasi diwujudkan, bagaimana kebijakan lahir, dan bagaimana semangat konstitusi dijalankan. Kami ingin publik merasakan itu semua, tidak hanya membaca sejarah, tapi menyentuhnya,” pungkasnya. (um/aha)